Tampilkan postingan dengan label Sedimentologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sedimentologi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 31 Oktober 2013

FACIES ESTUARIUM

 Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi karakteristik yang khas dilihat dari litologi, struktur sedimen dan struktur biologi memperlihatkan aspek fasies yang berbeda dari tubuh batuan yang yang ada di bawah, atas dan di sekelilingnya. Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam facies association dimana fasies-fasies tersebut berhubungan secara genetis sehingga asosiasi fasies ini memiliki arti lingkungan. Dalam skala lebih luas asosiasi fasies bisa disebut atau dipandang sebagai basic architectural element dari suatu lingkungan pengendapan yang khas sehingga akan memberikan makna bentuk tiga dimensi tubuhnya (Walker dan James, 1992).

Menurut Slley (1985), fasies sedimen adalah suatu satuan batuan yang dapat dikenali dan dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas dasar geometri, litologi, struktur sedimen, fosil, dan pola arus purbanya.

Fasies sedimen merupakan produk dari proses pengendapan batuan sedimen di dalam suatu jenis lingkungan pengendapannya. Diagnosa lingkungan pengendapan tersebut dapat dilakukan berdasarkan analisa fasies sedimen, yang merangkum hasil interpretasi dari berbagai data, diantaranya :
1. Geometri :
a) regional dan lokal dari seismik (misal : progradasi, regresi, reef dan chanel)
b) intra-reservoir dari wireline log (ketebalan dan distribusi reservoir)
2. Litologi : dari cutting, dan core (glaukonit, carboneous detritus)dikombinasi dengan log sumur (GR dan SP)
3. Paleontologi : dari fosil yang diamati dari cutting, core, atau side wall core
4. Struktur sedimen : dari core

Menurut Sam Boggs, 1987, ada dua tipe utama perubahan fasies vertikal yaitu:
1. Coarsening-Upward Succession
Coarsening-Upward Succession menunjukan adanya suatu peningkatan dalam besar butir dari suatu dasar yang erosive atau tajam. Perubahan ini mengindikasikan peningkatan dalam kekuatan arus transportasi pada saat pengendapan.

2. Fining-Upward Succession
Fining-Upward Succession adalah perubahan besar butir ke arah atas menjadi lebih halus ke top yang erosive atau tajam.Perubahan ini menunjukan penurunankekuatan arus transportasi pada saat pengendapan.


FACIES ESTHUARIUM


Estuariium / estuarin menutupi lembah sungai (incised valley) hasil dari penarikan muka air laut yang cepat pada kala Holosen. Tubuh pasir estuarin berlokasidan berbatasan dengan saluran utama (main channel) dan terdiri dari sedimen yang dibawa ke bawah oleh sungai dan disuplai dari batas marine shelf, mud flatdan rawa yang juga terbentuk pada estuarin. Tubuh batupasir marin pada estuarin didominasi oleh gelombang yang juga merupakan gabungan yang terdiri dari beberapa fasies yang berlainan. Pada fase tansgresif, beberapa atau semua kompleks bar tererosi di sepanjang perulangan muka pantai (shoreface) dan ditutupi oleh permukaan ravinement. Lingkungan pengendapan tersebut berhubungan sampai estuary mouth dan central basin area. Tubuh pasir marin mungkin terlindungi lebih atau kurang lengkap pada saat progradasi dengan sedimen muka pantai dan pantai melalui endapan washover, flat tidal dan tidal inlet. Pada profil vertikal, secara ideal endapan cekungan berbutir halus memperlihatkan butiran yang simetris. Endapan yang halus terlihat pada tengah cekungan. Pada estuarin, proses yang dominan adalah pasang-surut, tubuh pasir seperti erosional truncation atau completely removed oleh migrasi headward dari saluran pasang-surut (tidal channel) terpisah dari pasir bar (sand bar). Erosi oleh saluran sepanjang transgresi juga menyebabkan silang siur atau laminasi sejajar dari sand bar. Pola urutan pengendapan dari fasies sebagai hasil dari transgresi ini akan menunjukkan kecenderungan menghalus ke atas.



Kamis, 11 April 2013

Fasies


Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi karakteristik yang khas dilihat dari litologi, struktur sedimen dan struktur biologi memperlihatkan aspek fasies yang berbeda dari tubuh batuan yang yang ada di bawah, atas dan di sekelilingnya.
Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam facies association dimana fasies-fasies tersebut berhubungan secara genetis sehingga asosiasi fasies ini memiliki arti lingkungan. Dalam skala lebih luas asosiasi fasies bisa disebut atau dipandang sebagai basic architectural element dari suatu lingkungan pengendapan yang khas sehingga akan memberikan makna bentuk tiga dimensi tubuhnya (Walker dan James, 1992).
Menurut Slley (1985), fasies sedimen adalah suatu satuan batuan yang dapat dikenali dan dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas dasar geometri, litologi, struktur sedimen, fosil, dan pola arus purbanya. Fasies sedimen merupakan produk dari proses pengendapan batuan sedimen di dalam suatu jenis lingkungan pengendapannya. Diagnosa lingkungan pengendapan tersebut dapat dilakukan berdasarkan analisa faises sedimen, yang merangkum hasil interpretasi dari berbagai data, diantaranya :
1.      Geometri :
a)      regional dan lokal dari seismik (misal : progradasi, regresi, reef dan chanel)
b)      intra-reservoir dari wireline log (ketebalan dan distribusi reservoir)
2.      Litologi : dari cutting, dan core (glaukonit, carboneous detritus) dikombinasi dengan log sumur (GR dan SP)
3.      Paleontologi : dari fosil yang diamati dari cutting, core, atau side wall core
4.      Struktur sedimen : dari core
Suatu unit yang secara relatif conform dan sekuen tersusun oleh fasies yang secara geneik berhubungan. Fasies ini disebut parasequence. Suatu sekuen ditentikan oleh sifat fisik lapisan itu sendiri bukan oleh waktu dan bukan oleh eustacy serta bukan ketebalan atau lamanya pengendapan dan tidak dari interpretasi global atau asalnya regional (sea level change). Sekuen analog dengan lithostratigrafy, hanya ada perbedaan sudut pandang. Sekuen berdasarkan genetically unit.
Ciri-ciri sequence boundary :
1.      membatasi lapisan dari atas dan bawahnya.
2.      terbentuk secara relatif sangat cepat (<10 .000="" span="" tahun="">
3.      mempunyai suatu nilai dalam chronostratigrafi.
4.      selaras yang berurutan dalam chronostratigrafi.
5.      batas sekuen dapat ditentukan dengan ciri coarsening up ward.

Asosiasi Fasies
Mutti dan Ricci Luchi (1972), mengatakan bahwa fasies adalah suatu lapisan atau kumpulan lapisan yang memperlihatkan karakteristik litologi, geometri dan sedimentologi tertentu yang berbeda dengan batuan di sekitarnya. Suatu mekanisme yang bekerja serentak pada saat yang sama. Asosiasi fasies didefinisikan sebagai suatu kombinasi dua atau lebih fasies yang membentuk suatu tubuh batuan dalam berbagai skala dan kombinasi. Asosiasi fasies ini mencerminkan lingkungan pengendapan atau proses dimana fasies-fasies itu terbentuk.
Sekelompok asosiasi fasies endapan fasies digunakan untuk mendefinisikan lingkungan sedimen tertentu. Sebagai contoh, semua fasies ditemukan di sebuah fluviatile lingkungan dapat dikelompokkan bersama-sama untuk menentukan fasies fluvial asosiasi.
Pembentukan dibagi menjadi empat fasies asosiasi (FAS), yaitu dari bawah ke atas. Litologi sedimen  ini menggambarkan lingkungan yang didominasi oleh braided stream berenergi tinggi.


HUBUNGAN ANTAR FASIES ( FACIES RELATIONSHIP )

Pengertian hubungan antar fasies dapat didefinisikan sebagai hubungan antara satu facies dengan facies yang lainnya baik secara lateral maupun vertikal. Secara lateral tentu berhubungan dengan paleogeografi / paleoenvironment. Misalnya facies dari paparan ke facies di lereng cekungan; secara vertikal berhubungan dengan urutan evolusi geologi, misalnya facies paparan berubah ke atasnya menjadi facies lereng (berarti ada pendalaman atau transgersi dari bawah ke atas).

Beda fasies menunjukkan kondisi dan lingkungan pengendapan yang berbeda pula. Hubungan antar facies dikemukakan oleh Johannes Walther (1894) dalam Hukum Korelasi Fasies (Law of Facies Correlation). Hukum tersebut mengimplikasikan bahwa perubahan vertikal-gradasional dari satu fasies ke fasies yang lain mengindikasikan bahwa lingkungan pengendapan kedua fasies itu terletak berdampingan. De Raaf dkk (1965) dan Reading (1978) juga menekankan arti penting batas gradasional pada penampang vertikal. Jika batas antar fasies bersifat tajam atau erosional, maka tidak ada jaminan bahwa lingkungan pengendapan kedua fasies tersebut saling berdampingan. Kontak tajam antar fasies, khususnya jika dicirikan oleh horizon tipis yang kaya akan struktur bioturbasi, biasanya mengindikasikan tidak terjadinya pengendapan, adanya perbedaan besar dari jenis lingkungan pengendapan, dan menandai dimulainya satu siklus sedimentasi yang baru.

Hubungan suatu fasies dapat digagaskan dalam pembagian grup fasies yang terjadi secara bersama – sama yang selanjutnya akan berkaitan dengan lingkungan. Sebagai contohnya, jika pada perlapisan silang siur batupasir asosiasi terdekatnya adalah dengan terkandungnya tanah, batubara, atau serpih lanauan yang mengandung akar, daun, dan batang, kita bisa membuat interpretasi pengendapannya pada sistem sungai. Dalam mempelajari hubungan fasies dan urutannya, kita harus benar – benar memperhatikan keadaan alami dari kontak hubungan antara fasies dan derajat urutan baik acak maupun tidak



Minggu, 31 Maret 2013

Sand Dune




Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pantai dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi bila terjadi akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengedapkan Pasir di sua tu tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk .pasir.



Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk pasir pokok yang perlu dikenal adalah bentuk melintang (transverse), sabit (barchan), parabola (parabolic), dan memanjang (longitudinal dune).


• Gumuk Pasir tipe Melintang (Transverse).
Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap arah angin. Dikarenakan proses eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni.


Gumuk Pasir Tipe Barchan (Barchanoid Dunes).
Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 – 15 meter.

Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin





• Gumuk Pasir Tipe Parabola (Parabolic).
Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya angin. Dimungkinkan dahulunya gumuk pasir ini berbentuk sebuah bukit dan melintang, karena pasokan pasirnya berkurang maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam.



Gumuk Pasir Tipe Memanjang (Longitudinal Dune).
Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan angin. Gumuk pasir ini berkembang karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang


Gumuk juga didefinisikan sebagai salah satu jenis bedform yang terbentuk saat fase lower flow regime. Gumuk atau dunes dibedakan dengan bedform lainnya oleh ipple index(rasio dari panjang dan tinggi dari bedform), dan suatu bedform diklasifikasikan sebagai gumuk/dunes jika memiliki ripple index sebesar 3­5 (Gambar 1). Ciri­ciri dari gumuk adalah adanya struktur internal berupa silang siur dengan kemiringan cross­lamination berkisar antara 280 sampai 420 tergantung dari material pasir penyusun gumuk.(Allen, 1969).
Berdasarkan morfologi, jumlah slip face dan arah angin yang bekerja gumuk pasir secara ideal dibagi menjadi 11 tipe(Ahlbrandt dan Fryberger tahun 1982, pada Sam Boggs, Jr. 1987) . Tipe barchans, barchanoid ridge, dan transverse terbentuk oleh pengaruh aktivitas angin yang bersifat satu arah. Gumuk­ gumuk terebut memiliki satu slip face dan merepresentasikan suatu seri gradasi sehubungan dengan peningkatan pasokan material. Gumuk tipe parabolic dan blowout memiliki satu atau lebih slip face. Perkembangan dari gumuk dengan tipe ini dikontrol oleh keberadaan vegetasi penutup. Gumuk tipe dome memiliki kenampakan sirkular dari arah pandang atas dan tidak memiliki jumlah slip face tertentu. Gumuk tipe linear atau longitudinal memiliki bentuk punggungan simetri sedangkan gumuk tipe reverse memiliki bentuk punggungan asimetri, keduanya sama­sama memiliki jumlah slip face sebanyak 2. Sedangkan gumuk tipe star memiliki bebereapa slip face dan terbentuk oleh pengaruh aktivitas angin dengan arah beragam yang sangat intens









Struktur Sedimen Pre Depositonal




Merupakan struktur sedimen yang terjadi sebelum pengendapan sedimen, yang berhubungan dengan proses erosi oleh bagian kepala (head) dari suatu arus turbid (Middleton, 1973).

Struktur erosi terbentuk karena proses erosi aliran fluida dan aliran sedimen sebelum pengendapan di atas bidang perlapisan dan oleh partikel yang menggerus permukaan sedimen.

1.      Sole mark
Sole Markings’ adalah karakteristik kenampakan dari bagian bawah pada perlapisan batu pasir dan beberapa batu ganping selebihnya pada batu lempung damn lanau(tabel 4-3). Kenampakan tersebut telah diketahui beberapa tahun yang lalu dan baru akhir-akhir ini dipelajari secara intensif . kebanyakan dari struktur ini merupakan cetakan atau negatif depression atau markings (penandaan atau jejak). Pada umumnya diproduksi diatas lempung dimana pasir sudah tersebar, stuktur ini dikontrol origin oleh 1) jalanya arus dipermukaan lempung 2) pembebanan yang tidak seimbang dari lempung halus hidroplastic 3) aktivitas organisme di permukaaan walaupun mereka muncul dikebanyakan batu pasir,sole marks biasanya lebih berlimpah di turbidit dimana mereka menyediakan cara untuk menentukan aliran arus.     
       

Ada berbagai dua macam struktur sole mark yaitu groove cast dan flute cast.

Groove cast (shroek,1948.p.102) biasanya dicirikan dengan kenampakan seperti terangkat, rektalinier, bulat hingga berpuncak tajam yang ditemukan di bagian bawah sebagian lapisan batu pasir. Biasanya merupakan karakteristik dari pasir turbidit,mereka diperkirakan berasal dari pengisian dari benukan yang mennyerupai alur atau saluran dibawah hamparan shale lempung dan bahkan disebut “mud furrows’oleh Hall yang mengobservasi hal ini di New York pada jaman Devonian sekitar 100 tahun yang lalu(Hall,1843,p.424). Bahkan juga mereka dinamakan “drag marks” dan “drag cast” dari perkiraan pembentukan mereka oleh object yang telah tergeser oleh lempung dibagian bawah (ikkuenen,1957,p.243).
Groove cast jarang sekali tampak sendiri, mereka biasanya muncul dalam set, umumnya sebagai dua set intersecting pada sudut akut dipermukaan yang sama (fig.4-16). Bila berupa barisan individual biasanya menampilkan sebuah relief yang hanya 1 millimeter hingga 2 milimeter atau lebih dari centimeter, merek mempunyai bentuk yang sangat teratur dan paling terbuka menunjukan baik itu permulaan maupun penutup. Beberapa bahkan multiple dan terornamentasi dengan seri orde kedua dari microgrooves atas ridges, didalam set terdapat sedikit atau tidak ada deviasi dalam azimut, ggroove cast mungkin sedikit atau bias pula banyak; dan setelahnya set bertahap menghilangkan bagian yang pertama
Groove marks dapat dikenali dari slide marks atau cast (fig.4-17) yang terbentuk oleh pergerakan dari obyek yang besar seperti shal raft melewati bagian bawah, seperti objek sliding termasuk untuk rotasi atau terporos hingga bentuk tanda yang mereka buat seperti kurva.Normal grooves sebaliknya telah dibuat oleh banyak objek individual menunujukan kelakuan yang tidak terkoordinasi. Ggroove cast bias berasosiasi dengan prod cast, skip dan bounce cast, dan brush marks tetapi jarang dengan flute cast, pengakhiran jarang terlihat dimana proses tersebut ditandai oleh fragmen kerang atau perangkat lain yang dikenali yang diperkirakan bertanggung jawab pada proses pembuatan groove.
Groove cast hanya dapat diobservasi di shale yang telah terlapukan sehingga menampilkan permukaaan bagian bawah dari lapisan batu pasir, seperti flute cast groove cast banyak terakumulasi di dasar dari pasir turbidit dan merupakan struktur hieroglyphic yang paling umum dari fasies flysch.

Pembentukan dari groove cast sangat panjang dab tak terduga, hal ini sangat jelas bahwa mereka adalah produk dari material yang tersapu oleh arus yang mengukir permukaan dari bagian bawah lempung yang relatif keras.Hal ini didukung oleh penemuan dari semacam perangkat seperti kerang, pasir butiran besar, bongkah lempung pada arus bawah akhir dari groove dan paralelisme dari grooves dengan arah dari aliran arus yang tergambar melalui criteria lain. Pergerakan yang pasti tidak begitu jelas, kebanyakan obyek bergerak oleh proses arus yang menggelinding dan melompat – lompat dan konstan berotasi atau berputar. Untuk membentuk groove membutuhkan kontak yang berkelanjutan bahkan tekanan dan gerakan tidak terotasi, gerakan terputar membentuk flutes bukan grooves.

b.      Flute cast
Flute cast adalah struktur yang berbentuk setengah kerucut dengan hidumg puncakmya berbentuk bundar atau bulat dan bagian lainnya akan melebar dan menyatu dengan bidang perlapisan. Struktur telah juga didesain seperti flute molds, flow marks, scour cast, scour fingger, vortex cast dan turbboglyph. Flute cast mempunyai panjang yang bervariasi dari hanya beberapa centimeter hingga struktur berukuran raksasa sekitar 1-2 meter panjangnya, solitary flutes sangat jarang ditemukan. Pada umumnya dia muncul sebagai suatu kelompok dimana satu jenis flute cast dapat terbentuk dengan ruang luas, ruang tertutup bahkan pertambalan, hal ini sangat umum umtuk laisan batu pasir yang beruntun umtuk menampilkan flute cast, dengan kata lain ketika kondisi sangat tepat untuk memproduksi suatu kelompok flute menjelang pengendapan dari satu lapisan pasir, kondisi ini terjadi menjelang penbentukan dari lapisan subsekuen.
Flute cast mempunyai variasi bentuk,variasi tersebut dalam satu kelompok menjadi lebih atau sedikit mirip, beberapa berstruktur clongate berhubungan dengan strukur terbatas; lain mempunyai bentuk broader deltoid. Beberapa mempunyai bentuk simetri bilateral yang bagus yang lain menunjukan sedikit bentuk pada umumnya denagn beak terputar. Hal ini tampaknya merupakan transisi dari bentuk sempurna flute cast hingga scour cast yang melintang lebih irregular dan juga berhubungan dengan elongate furrow cast
Flutte tampaknya merupakan produk dari arus local yang terputar, ukurannya sangat bergantung pada ukuran dari putaran, kemudian mungkin menjadi rumgsi dari kekuatan arus, ketika kondisi arus sangat tepat untuk memproduksi satu putaran maka akanberkenbanng tteapt di lapangan dari semacam vortices. Ada banyak factor yang tidak dikenal yang mengontrol ukuran, bentuk dan keruangan dari flute (Allen,1826,fig 1-2) menyediakan klasifikasi yang menyeluruh untuk bermacam – macam kelompok flute.Flute merupakan paling umum dan paling brguna untuk produksi arus sole marks, bentuk mereka adalah pemandu yang tepat atas direksi dari aliran arus, dan walaupun tidak eksklusif flute merupakan produk dari arus turbidit yamg paling berkarakteristik dari fasies flysch.






Jumat, 22 Maret 2013

Deskripsi Batuan Sedimen




Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas. Hutton (1875; dalam Sanders, 1981) menyatakan Sedimentary rocks are rocks which are formed by the “turning to stone” of sediments and that sediments, in turn, are formed by the breakdown of yet-older rocks. O’Dunn & Sill (1986) menyebutkan sedimentary rocks are formed by the consolidation of sediment : loose materials delivered to depositional sites by water, wind, glaciers, and landslides. They may also be created by the precipitation of CaCO3, silica, salts, and other materials from solution (Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam dan material lain. Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis
Kenampakan yang paling menonjol dari jenis batuan sedimen adalah perlapisan, struktur internal dan eksternal lapisan, bahan rombakan yang tidak kristalin, mengandung fosil dan masih banyak lagi. Pada Sedimen yang Kristalin, umumnya monomineralik dan tergolong ke dalam batuan Sedimen Non Klastik seperti rijang, kalsit, gipsum dll

Batuan sedimen dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu Batuan Sedimen Klastik dan Batuan sedimen Non Klastik
A.                 Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik terbentuk sebagai akibat pengendapan kembali rombakan batuan asal, baik batuan beku, batuan metamorf ataupun batuan sedimen yang lebih tua. Adapun  fragmentasi batuan asal  dimulai dari pelapukan, baik mekanik maupun kimiawi, lalu tererosi, tertransportasi dan terendapkan pada cekungan pengendapan lalu mengalami proses Diagenesa yaitu proses perubahan-perubahan pada temperatur rendah yang meliputi Kompaksi, Sementasi, Rekristalisasi, Autigenesis, dan  Metasomatisme,
Klastik yang bersifat Silikaan ( Breksi, Konglomerat, Pasir, Lanau, Lempung )
Klastik yang bersifat Karbonatan ( Kalsirudite, Kalkarenite, Kalsilutite )

B. Batuan Sedimen Non Klastik
Terbentuk dari Reaksi kimia atau kegiatan organisme. Reaksi kimia yaitu Kristalisasi atau reaksi Organik ( Penggaraman unsur – unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat kristal yang terpresipitasi dan replacement.
Nonklastik bersifat Silikaan ( Rijang )
Non Klastik bersifat Karbonatan ( Batu Gamping Nonklastik )


Cara Pendeskripsian Batauan Sedimen


A.Warna Batuan
Warna Lapuk : warna batuan yang sudah terkontaminasi dengan lingkungan.
Warna Segar   : warna batuan yang tidak mengalami kontak langsung dengan lingkungan.

B. Tekstur
·        Ukuran  butir :

Pemerian ukuran butir didasarkan pada pembagian besar butir yang disampaikan oleh Wentworth, 1922, seperti di bawah ini:


Pemerian ukuran butir untuk batuan sedimen karbonat klastik


C. Pemilahan
Tingkat keseragaman butir penyusun, terdiri dari :
·      
  • Very well sorted
  • ·      Well sorted
  • ·      Moderately sorted
  • ·      Poorly sorted
  • ·      Very Poorly Sorted


 Derajat pembundaran :       




a. menyudut
b. menyudut tanggung
c. membundar tanggung           
d. membundar
e. sangat membundar

Kemas ( Hubungan antar butir )
a.       Kemas terbuka : butiran satu dengan yang lainnya renggang sehingga butir matrik akan lebih banyak.  Diendapkan oleh media pekat.
b.      Kemas tertutup : butiran satu dengan butir yang lain rapat sehinnga kandungan matrik akan lebih sedikit dan sifatnya kokoh.  Diendapkan oleh media encer.    

D. Kandungan CaCO3
Di uji dengan meneteskan HCl untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan karbonat. Sebab pendeskripsian batuan sedimen besrsifat  karbonatan memiliki sedikit perbedaan dengan pendeskripsian batuan sedimen silikaan.

E. Struktur Sedimen           
·      Primer  : struktur terbentuk bersamaandengan batuan saat proses litifikasi.

·      Sekunder  : struktur yang terbentuk setelah proses litifikasi

·      Struktur Organik  : Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti molusca, cacing atau binatang lainnya. Struktur organic antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan dan lain-lain.

F. Permeabilitas
Yaitu kemampuan batuan meloloskan fluida : Permeable ( dapat meloloskan air ) dan Impermeable ( tidak dapat meloloskan air )

G. Porositas
Yaitu perbandingan volume rongga pori-pori terhadap volume total keseluruhan batuan.

H. Kekerasan
·      Kompak ( massif )
Tidak dapat dicungkil dengan jarum penguji
·      Keras
Yaitu masih dapat dicungkil dengan jarum penguji tetapi sangat sedikit.
·      Agak keras
Yaitu hancur apabila ditekan oleh jarum penguji.
·      Lunak
Yaitu dapat dipotong dengan mudah oleh jarum penguji.     
·      Sponge
Yaitu kembali kebentuk asal apabila ditekan jarum penguji.

I. Kandungan Mineral

Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik dapat dibedakan menjadi :
1. Fragmen
Fragmen adalah bagian butiran yang berukuran lebih besar,  dapat berupa pecahan-pecahan batuan, mineral, cangkang fosil dan zat organik.
2. Matrik (masa dasar)
Matrik adalah butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan terletak diantaranya sebagai masa dasar. Matrik dapat berupa pecahan batuan, mineral atau fosil.
3. Semen
Semen adalah material pengisi rongga serta pengikat antar butir sedimen, dapat berbentuk Amorf atau Kristalin. Bahan­ bahan semen yang lazim adalah :
§ Semen karbonat (kalsit dan dolomit)
§ Semen silika (kalsedon, kuarsit)
§ Semen oksida besi (limonit, hematit dan siderit)
Pada sedimen berbutir halus (lempung dan lanau) semen umumnya tidak hadir karena tidak adanya rongga  antar butiran

Terdapat pemerian fragmen, matrik dan semen hanya terdapat perbedaan istilah ( Folk, 1954 ), meliputi :
    1. Allochem : sama seperti fragmen pada batuan sedimen klastik.
Macam – macam Allochem :
  • Kerangka organisme (skeletal), berupa cangkang binatang atau kerangka hasil pertumbuhan.
  • Interclas , merupakan butiran – butiran dari hasil abrasi batugamping yang telah ada.
  • Pisolit , merupakan butiran-butiran oolit berukuran lebih dari 2 mm.
  • Pellet , Fragmen menyerupai oolit tetapi tidak menunjukkan struktur konsentris .
    1. Mikrit :
Merupakan agregat halus berukuran 1-4 mikron, berupa kristal-kristal karbonat terbentuk secara biokimia atau kimia langsung dari presipitisasi dari air laut dan mengisi rongga antar butir.
    1. Sparit :
Merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan, berukuran halus (0,02-0,1 mm), dapat terbentuk langsung dari sedimentasi secara insitu  atau rekristalisasi dari mikrit.

J. Kandungan Fosil

Yaitu kandungan fosil yang ada di dalam batuan sedimen

Sumber :

·      Modul praktikum Petrologi 2012

·      http://kelompok4geologia.blogspot.com/2011/10/deskripsi-batuan-sedimen.html

·      http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195901011989011-YAKUB_MALIK/PEDOMAN_PRAKTIKUM_BATUAN.pdf

·      http://dulida.blogspot.com/2012/02/jenis-jenis-batuan-sedimen.html

·      http://febryirfansyah.wordpress.com/2009/08/14/petrologi-batuan-sedimen/