Selasa, 01 Mei 2012

Pelecypoda

Pelecypoda



Pelecypoda berasal dari kata Yunani, “pelekys” berarti kapak dan “pous” atau “podos” berarti kaki. Pelecypoda adalah binatang yang memilik kaki seperti kapak. Pelecypoda biasa disebut pula “Lamelliabranhia” yang berasal dari kata “lamella” yang artinya piring kecil atau daun dan “branchia” yang berarti insang. Lamellabranchia adalah binatang yang memiliki insang seperti daun.
Pelecypoda termasuk pada filum Moluska dan merupakan kelompok kedua terbesar dari filum tersebut. Pelecypoda dapat dibedakan dari kelas lainnya dalam filum moluska karena memilik cangkang yang terdiri dari dua buah kulit kerang yang sama besar serta tubuh dan cangkangnya mempunyai simetri bilateral. Tubuh binantangnya ditutupi seluruhnya didalam kedua kulit kerang tersebut.
         Pelecypoda atau kerang, mempunyai dua keping atau belahan yaitu; belahan sebelah kanan dan kiri yang disatukan oleh suatu engsel bersifat elastis disebut ligamen dan mempunyai satu atau dua otot aduktor dalam cangkangnya yang berfungsi untuk membuka dan menutup kedua belahan cangkang tersebut. Untuk membedakan belahan kanan dan balahan kiri cangkang terkadang mengalami kesulitan, hal ini biasa terjadi pada pelecypoda yang hidup menempel pada benda keras misalnya pada karang, karena pertumbuhan pelecypoda ini mengikuti bentuk dari permukaan karang tersebut sehingga bentuknya tidak wajar (Barnes dalam Safikri 2008).

Pelecypoda tidak memiliki kepala, mata serta radula di dalam tubuhnya, tubuh pelecypoda hanya terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu kaki, mantel, dan organ dalam. Kaki dapat ditonjolkan antara dua cangkang tertutup, bergerak memanjang dan memendek berfungsi untuk bergerak dan merayap (Robert et al, dalam Safikri 2008).

LINGKUNGAN DAN CARA HIDUP PELECYPODA

Golongan binatang pelecypoda memiliki daya adaptasi yang tinggi. Lingkungan hidupnya di dalam air, air laut, air payau, dan air tawar seperti di sungai dan danau Di air laut pelecypoda hidup dari mulai zona pasang-surut samapi kedalaman 10.450 meter. Sejumlah binatang yang hidup cukup melimpah di dalam danau, sungai, atau air tawar lainnya adalah dari family Unionidae, Mutelidae, dan family Sphaeridae.

Menurut Kastoro (1988) ditinjau dari cara hidupnya, jenis-jenis pelecypoda mempunyai habitat yang berlainan walaupun mereka termasuk dalam satu suku dan hidup dalam satu ekosistem. Pelecypoda pada umumnya hidup membenamkan dirinya dalam pasir atau pasir berlumpur dan beberapa jenis diantaranya ada yang menempel pada benda-benda keras dengan semacam serabut yang dinamakan byssus. Nontji (1993), menyatakan bahwa “pelecypoda hidup menetap di dasar laut dengan cara membenamkan diri di dalam pasir atau lumpur adapula yang menempel di pohon bahkan pada karang-karang batu”. Pada beberapa spesies pelecypoda seperti Mytillus edulis dapat hidup di daerah intertidal karena mampu menutup rapat cangkangnya untuk mencegah kehilangan air (Nybakken, 1992).

TAKSONOMI PELECYPODA


Susunan Taksonomi berikut adalah berdasarkan klasifikasi Newel (1965) dalam Anonim (2010) yang didasarkan pada morfologi. Pelecypoda termasuk dalam kingdom Animalia, Filum Molluska, yang terbagi lagi dalam beberapa sub kelas dan ordo antara lain adalah sebagai berikut :

1. Subkelas Palaeotaxodonta
Ordo Nuculoida

2. Subkelas Cryptodonta
Ordo Praecardioida
Ordo Solemyoida

3. Subkelas Pteriomorphia (tiram, kupang, dll,)
Ordo Arcoida
Ordo Cyrtodontoida
Ordo Mytiloida
Ordo Ostreoida
Ordo Praecardioida
Ordo Pterioida

4. Subkelas Paleoheterodonta
 Ordo Trigonioida
Ordo Unionoida (jenis-jenis kupang air tawar)
 Ordo Modiomorpha

5. Subkelas Heterodonta (mencakup remis, lokan, dan kerang-kerang yang biasa dikenal, Eulamellibranchia)
Ordo Cycloconchidae
Ordo Hippuritoida
Ordo Lyrodesmatidae
Ordo Myoida
Ordo Redoniidae Ordo Veneroida

6. Subkelas Anomalodesmata
 Ordo Pholadomyoida


DESKRIPSI PELECYPODA



Dari kenampakan yang terlihat dari fosil, dapat disimpulkan bahwa jenis dari fosilisasi fosil Circomphalus strigillinus adalah permineralisasi dan juga internal mold. Permineralisasi adalah proses dimana mineral sebagian masuk menggantikan mineral yang ada atau berada di organisme, biasanya seperti mineral silica (SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), besi oksida (FeO atau Fe2O3).
Internal mold adalah masukannya mineral atau butiran-butiran mineral yang mengisi rongga-rongga kosong di dalam sebuah organism. Dalam hal ini, fosil Circomphalus strigillinus tidak sempurna karena sebagian dari cangkang(katup) ada yang berlubang sehingga memungkinkan butiran-butiran mineral dapat masuk melalui lubang yang telah terbentuk dan mengisi rongga yang berada didalam fosil tersebut.


Aspek Hidup Circomphalus strigillinus
Circomphalus strigillinus hidup di dasar laut secara infaunal dengan menggunakan siphon. Hidup pada 30-40 meter di bawah permukaan laut dan posisinya vertikal terhadap substratnya.


Umur Circomphalus strigillinus
Pelecypoda mulai ada adalah fosil indeks yang baik untuk zaman paleozoikum tapi ada beberapa yang tidak baik digunakan, karena ada beberapa orde yang masih ada hingga sekarang. Leptaena rhomboidalis merupakan fosil indeks yang baik untuk rentang masa dari ordovisium sampai jurrasic atau lebih tepanya pada upper silurian.

Taksonomi Circomphlaus strigillinus
Kingdom                : Animalia
Filum                       : Pelecypoda
Kelas                       : Eulamellibranchiata
Ordo                        : Veneroida
Famili                      :Veneridae
Genus                     : Circomphlaus
Spesies                   : Strigillinus

APLIKASI PELECYPODA

         Secara ekologis, jenis Pelecypoda penghuni kawasan hutan mangrove memiliki peranan yang besar dalam kaitannya dengan rantai makanan di kawasan hutan mangrove, karena disamping sebagai pemangsa detritus, pelecypoda berperan dalam proses dekomposisi serasah dan mineralisasi materi organik yang bersifat herbivor dan detrivor.

         Daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air. Setelah mencapai dasar teruraikan oleh mikroorganisme (bakteri dan jamur). Hasil penguraian ini merupakan makanan bagi larva dan hewan kecil air yang pada gilirannya menjadi mangsa pelecypoda di samping sebagai pemangsa detritus. Akar pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove. Berbagai jenis hewan darat berlindung atau singgah bertengger dan mencari makan di habitat mangrove (Irwanto, 2006).

         Selain berperan sebagai rantai makanan terhadap ekosistem mangrove pelecypoda di jadikan makanan, cangkok pelecypoda bisa dimanfaatkan untuk membuat hiasan dinding, perhiasan wanita, atau dibuat kancing. Ada pula yang suka mengumpulkan berbagai macam cangkang pelecypoda untuk koleksi atau perhiasan.

Pelecypoda juga mempunyai kemampuan untuk mengontrol jumlah racun dalam tubuh mereka melalui proses pengeluaran, sementara organisme lain tidak dapat melakukan hal ini. Organisme yang tidak dapat mengontrol jumlah kandungan racun akan mengakumulasi polutan dan jaringan mereka menunjukkan adanya polutan. Pelecypoda sangat baik mengakumulasi polutan sehingga digunakkan sebagai biomonitor polusi (Philips dalam Sitorus, 2008).

Pelecypoda juga dapat dijadikan indeks fosil untuk menentukan berbagai indikator yang terdapat dalam kegunaan-kegunaan fosil.


Cephalopoda


CEPHALOPODA

Cephalopoda merupakan hewan yang mempunyai kaki/ alat gerak pada bagian kepalanya. Pergerakannya terjadi kearena hewan Cephalopoda dapat mengisap air masuk kedalam rongga mantel melalui sifon ke luar, dan digunakan sebagai alat pertahanan diri terhadap bahaya yang mengancam. Sebagian besar Cephalopoda organ berupa kantung tinta yang berisi cairan yang berwarna hitam dan dikeluarkan melalui anus.

Semua jenis Cephalopoda umumnya hidup di laut, dengan ukuran tubuh yang bervariasi dan tidak bercangkang, kecuali pada jenis Nautilus. Tubuh Cephalopoda meliputi kepala dengan sepang mata, dan juga tentakel. Tentakel pada Cephalopoda bberupa lengan yang berjumlah 8 pada Octupus atau berjumlah 10 pada jenis lain. Tentakel ini dilengkapi alat pengisap yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Contoh species dari kelas Cephalopoda ini adalah : Cumi-cumi (Loligo pealii), Gurita (Octupus sp.) dan Nautilus.

Ciri-ciri Cephalopoda
Tubuh memanjang menurut sumbu dorsalventral. Akibat berenang maju-mundur menjadi anteroposterior. Lingkaran tentakel sekitar kepala yang semula ventral menjadi anterior. Cangkang di luar atau di dalam atau lenyap. Bergerak lambat dengan sirip. Bergerak cepat dengan menyemprotkan air melalui corong (dari rongga mantel), atau dengan tangan-tangan yang melebar (famili vitreledoaellidae). Pernafasan dengan sepasang insang yang lebar seperti kipas. Tidak ada cilia pada filamen karena tidak ada masalah pembuangan sedimen.
semua cephalopoda bersifat karnivor, mempunyai rahang besar seperti paruh burung untuk mengoyak dan menggigit mangsa.

c. System Fisiologi


System saraf pada hewan ini telah berkembang dengan baik dan berpusat pada kepala yang menyerupai otak. Kelenjar kelamin terdapat pada bagian posterior tubuh, dan dapat dibedakan antara jantan dan betina, tetapi adapula yang hermafrodit.

Alat pencernaan pada hewan ini meliputi mulut yang dilengkapi dengan radula, aring berotot, esophagus, lambung, sekum, usus, rectum dan anus. Hewan ini juga memiliki kelenjar ludah yang bermuara pada faring, hati dan pancreas yang berhubungan dengan lambung. System respirasi dilakukan oleh sepasang insang yang berbentuk bulu unggas di bagian kanan dan kiri ruang mantel pada bagian ventral. System ekskresi pada hewan ini juga sudah berkembang dengan baik. Hewan ini memiliki sepasang ginjal yang ada di dekat pancreas dan hati. Sisa hasil metabolism akan diolah di dalam ginjal dan dikeluarkan dari tubuh melalui anus

KLASIFIKASI CEPHALOPODA

Subklas Nautiloidea
   Actinocerida
   Endocerida
   Tarphycerida
   Oncocerida
   Discosorida
   Nautilida
   Orthocerida
   Lituitida
   Dissidocerida
   Ascocerida
   Bactritida

Subklas Ammonoidea
   Goniatitida
   Ceratitida
   Ammonitida

Subklas Coleoidea
             Belemnoidea
                     Aulacocerida
                     Belemnitida
                     Hematitida
                     Phragmoteuthida
                     Neocoleoidea (paling banyak anggota hidup)
                     Boletzkyida
                     Sepiida
                     Sepiolida
                     Spirulida
                     Teuthida
                     Octopoda
                     Vampyromorphida

Contoh kelas Cephalopoda :

 Cumi-cumi (Loligo pealii)



a. Karakteristik Umum
Bentuk tubuh dari hewan ini terdiri atas kepala yang terletak pada bagian atas ventral, leher yang pendek dan badan yang memiliki sirip pada tiap bagian sisinya. Pada bagian kepalanya terdapat mata yang berkembang sempurna, dan mulut yang dikelilingi empat pasang tangan dan sepasang tentakel. Pada bagian posteriornya terdapat sifon yang merupakan tempat keluar masuknya air dan juga memiliki alat pengisap pada bagian ujung tentakelnya.

b. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Cephalopoda
Ordo : Teuthoidea
Familia : Loliginidae
Genus : Loligo
Species : Loligo pealii
(Marshall, 1972: 704)



BATUAN BEKU




Batuan Beku





Batuan beku atau batuan igneous  adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.5000C dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.

Batuan beku di Indonesia
Batuan beku di Indonesia didominasi oleh batuan beku Granitoid , karena tatanan tektoniknya yang berada pada zona subduksi . Tatanan tektonik ini menyebabkan magma berdiferensiasi sehingga berkomposisi sebagai intermediate dan asam. Namun bukan berarti batuan beku basaltic tidak ada, kebanyakan batuan beku basaltic sudah terubah oleh proses metamorfisme  sehingga menjadi tidak dominan.

Batuan Beku Pulau Jawa




A.    Pembentukan Pulau Jawa
Batuan dasar ( Basement ) di Pulau Jawa terbentuk antara tahun 70-35 juta tahun sebelum masehi. Batuan dasar tersebut tersusun oleh batuan malihan (matamorfik), serta batuan beku. Batuan dasar di Jawa barat lebih tua jika dibandingkan dengan batuan di Jawa Tengah dan Jawa timur dikarena basement (batuan dasar) di Jawa Timur tebentuk pada tahap-tahap akhir setelah ditubruk lempeng Australia dan numpuk-numpuk membentuk basement di Jawa Timur.

Pada 20 juta tahun sebelum masehi, zona tubrukan lempeng Australia dengan lempeng Asia terkunci dan menyebabkan menunjamnya lempeng Australia dibawah lempeng Asia. Penunjaman ini berlangsung hingga sekarang dan menyebabkan munculnya gunung-gunung api disebelah barat Pulau Sumatra dan juga sebelah selatan Pulau Jawa.  Pada saat itu Jawa Tengah dan Jawa Timur berupa lautan, jika dilihat di selatan Pulau Jawa banyak dijumpai gunung gamping. Gamping itu dulunya adalah terumbu karang yang hidup dan berada di laut. Dengan begitu dapat diketahui  bahwa pegunungan selatan Jawa, termasuk batu gamping di Wonosari itu, dahulunya adalah berupa lautan.
Pulau Jawa pada umumnya memiliki batuan berumur Tersier dan Pra tersier , batuan pra tersier tersingkap di Luh Ulo , yaitu berupa batuan basaltic : Gabro , diabas , serpentinit dan peridotit. Selain itu juga terdapat intrusi granitoid yang mendorong munculnya batuan dengan komposisi intermediet yaitu andesit tua. Penjelasan lebih lanjut mengenai batuan-batuan pembentuk pulau jawa  adalah sebagai berikut :

1. BASALTIK
Gabro :
Batuan Gabbro berwarna gelap, mempunyai bentuk ukuran butir serabut dari proses intrusive dan merupakan batuan beku akibat proses plutonic seperti granit, hanya saja batuan gabbro mempunyai kandungan silica yang lebih rendah dan tidak mengandung mineral kuarsa, alkali feldspar dan hanya mengandung mineral plagioklas yang sering dijumpai berwarna gelap dengan kandungan kalsium yang tinggi. Mineral mineral gelap lainnya yang sering terdapat pada batuan ini adalah amphibole, pyroxene dan kadang kadang juga biotite, olivine, magnetite, ilmenite dan apatite. Proses erupsi yang dialami gabbro sama seperti dengan yang dialami batuan Basalt. Mineral mineral utama pembentuk batuan Gabbro adalah hornblende, magnetite dan mineral mineral terang dari plagioklas. Gabbro adalah nama sebuah kota di Tuscany, Italia.
Diabase
Batuan Diabas ini terbentuk dari magma yang menerobos hingga dekat ke permukaan.
Ciri-ciri dari Diabas:
• Batuan beku berwarna abu-abu
• Berbutir sedang
• Mineral piroksen dan plagioklas berbentuk seperti jarum yang saling bersilangan

Serpentinit :
Batuan Serpentinit merupakan batuan metamorf yang terbentuk dari mineral serpentin akibat perubahan basalt dasar laut yang bertekanan tinggi pada temperatur rendah.  Mineral serpentin tergolong dalam kelas mineral Silikat yaitu Phyllosilicates. Batuan Serpentinit sering digunakan untuk batu hias dan dipakai untuk industri mineral. Batuan ini banyak ditemukan di negara Swedia, Italia, Rusia, di wilayah California, dan pertambangan Norberg.
Peridotit :
Peridotit adalah batuan beku ultra basa Plutonik, yang terjadi dari hasil pembekuan magma berkomposisi Ultra basa pada kedalaman tertentu dari permukaan bumi. merupakan Suatu batuan ultramafic yang memiliki butiran kasar dengan suatu tenunan crystallkine, merupakan karakteristik dari kerak samudra bagian bawah dan pembentukan jenis batuan dengan prinsip theupper mantel. Mineral penyusun Peridotite sebagian besar terdiri olivine dan pyroxene.

2. INTERMEDIET
Andesit tua :
Formasi Andesit Tua tersusun oleh breksi andesit, tuf, tuf lapili, konglomerat, dan sisipan aliran lava andesit. Komposisi lava terutama terdiri dari andesit hiperten dan andesit augit – hornblende.
·      Tuff : Merupakan batuan piroklastik yang terbentuk dari material vulkanik klastik yang dihasilkan dari serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung api. Yang memiliki ukuran butir Debu halus – kasar ( < 0,04 mm ). Biasanya dapat dijumpai efek bakar yang merupakan cirri dari batuan piroklastik.
·      Tuff Lapili : Piroklastik yang berukuran kacang sampai buah kenari (2 sampai 64 mm). Mereka sering terlihat seperti abu. Pada letusan yang kaya air, abu menjadi tambah basah membentuk bidang-bidang yang bulat.
Konglomerat : Konglomerat merupakan suatu bentukan fragmen dari proses sedimentasi, batuan yang berbutir kasar, terdiri atas fragmen dengan bentuk membundar dengan ukuran lebih besar dari 2mm yang berada ditengah-tengah semen yang tersusun oleh batupasir dan diperkuat & dipadatkan lagi kerikil. Dalam pembentukannya membutuhkan energi yang cukup besar untuk menggerakan fragmen yang cukup besar biasanya terjadi pada sistem sungai dan pantai.


  
Batuan Beku Daerah Papua
Papua: batuan beku pada daerah ini berupa plutonic granitic rock yang terdapat pada daerah kepala burung. Batuan beku pada daerah ini berumur Late Permian dan Early Triassic. (Hamilton, 1979)    diantaranya   adalah   granit,  diorit,  granodiorit,  syenodiorit, dan monzonit.   Selain itu juga  terdapat  batuan  basaltik  hasil  dari  prose’s  magmatisme kerak samudera pasifik berupa basalt dan gabbro di utara papua. Penjelasan lebih lanjut tentang batuan beku di daerah Papua adalah sebagai berikut :


1.ASAM
Granit : Granit adalah batuan beku plutonik, yang terjadi dari hasil pembekuan magma berkomposisi asam pada kedalaman tertentu dari permukaan bumi. Umumnya bersifat masif dan keras, bertekstrur porfiritik, terdiri atas mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas, biotit, dan hornblende. Berwarna abu-abu berbintik hijau dan hitam, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan. merupakan batuan beku dalam yang mempunyai kristal-kristal kasar.
Diorit : Merupakan batuan hasil terobosan batuan beku (instruksi) yang Terbentuk dari hasil peleburan lantai samudra yang bersifat mafic pada suatu subduction zone. biasanya diproduksi pada busur lingkaran volkanis, dan membentuk suatu gunung didalam cordilleran ( subduction sepanjang tepi suatu benua, seperti pada deretan Pegunungan). Terdapat emplaces yang besar berupa batholiths ( banyak beribu-ribu mil-kwadrat) dan mengantarkan magma sampai pada permukaan untuk menghasilkan gunung api gabungan dengan lahar andesite.
Granodiorit : Granodiorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, berwarna terang, menyerupai granit. Granodiorit dapat digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, dan lain-lain. Granodiorit banyak terdapat di alam dalam bentuk batolit, stock, sill dan retas.

2. BASALTIK

Basalt : Basalt adalah batuan beku vulkanik, yang terjadi dari hasil pembekuan magma berkomposisi basa di permukaan atau dekat permukaan bumi. Umumnya bersifat masif dan keras, bertekstur afanitik, terdiri atas mineral gelas vulkanik, plagioklas, piroksin. Amfibol dan mineral hitam

GabroGabro adalah batuan beku dalam, umumnya berwarna hitam,
mineralnya berbutir kasar hingga sedang, berat jenisnya 2,9 -
3,21.Komposisi dan persentase mineral pembentuknya adalah :
Plagioklas ( labradorit atau bitownit) 70 – 45 %, mineral mafis 25 – 50
%.