Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang
memiliki kombinasi karakteristik yang khas dilihat dari litologi, struktur
sedimen dan struktur biologi memperlihatkan aspek fasies yang berbeda dari
tubuh batuan yang yang ada di bawah, atas dan di sekelilingnya.
Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam facies
association dimana fasies-fasies tersebut berhubungan secara genetis
sehingga asosiasi fasies ini memiliki arti lingkungan. Dalam skala lebih luas
asosiasi fasies bisa disebut atau dipandang sebagai basic architectural element
dari suatu lingkungan pengendapan yang khas sehingga akan memberikan makna
bentuk tiga dimensi tubuhnya (Walker dan James, 1992).
Menurut Slley (1985), fasies sedimen adalah
suatu satuan batuan yang dapat dikenali dan dibedakan dengan satuan batuan yang
lain atas dasar geometri, litologi, struktur sedimen, fosil, dan pola arus
purbanya. Fasies sedimen merupakan produk dari proses pengendapan batuan
sedimen di dalam suatu jenis lingkungan pengendapannya. Diagnosa lingkungan pengendapan
tersebut dapat dilakukan berdasarkan analisa faises sedimen, yang merangkum
hasil interpretasi dari berbagai data, diantaranya :
1. Geometri
:
a) regional
dan lokal dari seismik (misal : progradasi, regresi, reef dan chanel)
b) intra-reservoir
dari wireline log (ketebalan dan distribusi reservoir)
2. Litologi
: dari cutting, dan core (glaukonit, carboneous detritus) dikombinasi dengan
log sumur (GR dan SP)
3. Paleontologi
: dari fosil yang diamati dari cutting, core, atau side wall core
4. Struktur
sedimen : dari core
Suatu unit yang secara relatif conform dan
sekuen tersusun oleh fasies yang secara geneik berhubungan. Fasies ini disebut
parasequence. Suatu sekuen ditentikan oleh sifat fisik lapisan itu sendiri
bukan oleh waktu dan bukan oleh eustacy serta bukan ketebalan atau lamanya
pengendapan dan tidak dari interpretasi global atau asalnya regional (sea level
change). Sekuen analog dengan lithostratigrafy, hanya ada perbedaan sudut
pandang. Sekuen berdasarkan genetically unit.
Ciri-ciri sequence boundary :
1. membatasi
lapisan dari atas dan bawahnya.
2. terbentuk
secara relatif sangat cepat (<10 .000="" span="" tahun=""> 10>
3. mempunyai
suatu nilai dalam chronostratigrafi.
4. selaras
yang berurutan dalam chronostratigrafi.
5. batas
sekuen dapat ditentukan dengan ciri coarsening up ward.
Asosiasi Fasies
Mutti dan Ricci Luchi (1972), mengatakan
bahwa fasies adalah suatu lapisan atau kumpulan lapisan yang memperlihatkan
karakteristik litologi, geometri dan sedimentologi tertentu yang berbeda dengan
batuan di sekitarnya. Suatu mekanisme yang bekerja serentak pada saat yang
sama. Asosiasi fasies didefinisikan sebagai suatu kombinasi dua atau lebih
fasies yang membentuk suatu tubuh batuan dalam berbagai skala dan kombinasi.
Asosiasi fasies ini mencerminkan lingkungan pengendapan atau proses dimana
fasies-fasies itu terbentuk.
Sekelompok asosiasi fasies endapan fasies
digunakan untuk mendefinisikan lingkungan sedimen tertentu. Sebagai contoh,
semua fasies ditemukan di sebuah fluviatile lingkungan dapat dikelompokkan
bersama-sama untuk menentukan fasies fluvial asosiasi.
Pembentukan dibagi menjadi empat fasies asosiasi
(FAS), yaitu dari bawah ke atas. Litologi sedimen ini menggambarkan
lingkungan yang didominasi oleh braided stream berenergi tinggi.
HUBUNGAN ANTAR FASIES ( FACIES RELATIONSHIP )
Pengertian hubungan antar
fasies dapat didefinisikan sebagai hubungan antara satu facies dengan facies
yang lainnya baik secara lateral maupun vertikal. Secara lateral tentu berhubungan
dengan paleogeografi / paleoenvironment. Misalnya facies dari paparan ke facies
di lereng cekungan; secara vertikal berhubungan dengan urutan evolusi geologi,
misalnya facies paparan berubah ke atasnya menjadi facies lereng (berarti ada
pendalaman atau transgersi dari bawah ke atas).
Beda fasies
menunjukkan kondisi dan lingkungan pengendapan yang berbeda pula. Hubungan
antar facies dikemukakan oleh Johannes Walther (1894) dalam Hukum Korelasi
Fasies (Law of Facies Correlation). Hukum tersebut mengimplikasikan bahwa
perubahan vertikal-gradasional dari satu fasies ke fasies yang lain
mengindikasikan bahwa lingkungan pengendapan kedua fasies itu terletak
berdampingan. De Raaf dkk (1965) dan Reading (1978) juga menekankan arti
penting batas gradasional pada penampang vertikal. Jika batas antar fasies
bersifat tajam atau erosional, maka tidak ada jaminan bahwa lingkungan
pengendapan kedua fasies tersebut saling berdampingan. Kontak tajam antar
fasies, khususnya jika dicirikan oleh horizon tipis yang kaya akan struktur
bioturbasi, biasanya mengindikasikan tidak terjadinya pengendapan, adanya
perbedaan besar dari jenis lingkungan pengendapan, dan menandai dimulainya satu
siklus sedimentasi yang baru.
Hubungan
suatu fasies dapat digagaskan dalam pembagian grup fasies yang terjadi secara
bersama – sama yang selanjutnya akan berkaitan dengan lingkungan. Sebagai
contohnya, jika pada perlapisan silang siur batupasir asosiasi terdekatnya
adalah dengan terkandungnya tanah, batubara, atau serpih lanauan yang mengandung
akar, daun, dan batang, kita bisa membuat interpretasi pengendapannya pada
sistem sungai. Dalam mempelajari hubungan fasies dan urutannya, kita harus
benar – benar memperhatikan keadaan alami dari kontak hubungan antara fasies
dan derajat urutan baik acak maupun tidak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar